"Apabila
engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan TUHAN, Allahmu, menyerahkan mereka
ke dalam tanganmu dan engkau menjadikan mereka tawanan, dan engkau melihat di
antara tawanan itu seorang perempuan yang elok, sehingga hatimu mengingini dia
dan engkau mau mengambil dia menjadi isterimu, maka haruslah engkau membawa dia
ke dalam rumahmu. Perempuan itu harus mencukur rambutnya, memotong kukunya,
menanggalkan pakaian yang dipakainya pada waktu ditawan, dan tinggal di rumahmu
untuk menangisi ibu bapanya sebulan lamanya. Sesudah demikian, bolehlah engkau
menghampiri dia dan menjadi suaminya, sehingga ia menjadi isterimu”
(Ulangan 21:10-13)
Pasal 604 Hukum Taurat ini memuat ketentuan mengambil
tawanan perang wanita sebagai isteri.
Teks Ibrani,
Transliterasi,
KÏ-TÊTSÊ' LAMILKHÂMÂH 'AL-'OYEVEYKHA UNETÂNO YEHOVÂH 'ELOHEYKHA BEYÂDEKHA VESYÂVÏTÂ SYIVYO
VERÂ'ÏTÂ BASYIVYÂH 'ÊSYET YEFAT-TO'AR VEKHÂSYAQTÂ VÂH VELÂQAKHTÂ LEKHA LE'ISYÂH
VAHAVÊ'TÂH 'EL-TOKH BÊYTEKHA VEGILEKHÂH 'ET-RO'SYÂH VE'ÂSTÂH 'ET-TSIPORNEYHÂ
VEHÊSÏRÂH 'ET-SIMLAT SYIVYÂH MÊ'ÂLEYHÂ VEYÂSVÂH BEVÊYTEKHA VÂKHTÂH 'ET-'ÂVÏHÂ VE'ET-'IMÂH YERAKH YÂMÏM VE'AKHAR KÊN TÂVO' ÊLEYHÂ UVE'ALTÂH VEHÂYTÂH LEKHA LE'ISYÂH
Puji Tuhan
ReplyDeleteWaktu satu bulan untuk menangisi ibu bapanya sepertinya merupakan terapi psikis. Memang tidak etis jika pada hari orangtuanya terbunuh di peperangan, sang gadis langsung dipinang, Tuhanku luar biasa. Setelah melewati masa perkabungan, barulah si gadis boleh diperisteri. Haleluyah..!!
ReplyDelete